Skip to main content

Kerajaan Besar di Sultra Berakar dari Kedatuan Luwu kecuali Buton

Bila mencermati cerita rakyat masing-masing 4 kerajaan besar di Sulawesi Tenggara bagaimana kerajaan-kerajaan itu terbentuk, dalam ibarat, setiap cerita mewakili satu kepingan puzzle. Apabila keempatnya digabungkan maka terbentuklah satu gambaran utuh dan menyeluruh, yang dapat diambil satu kesimpulan dari padanya.

Bahwa raja pertama Kerajaan Mekongga, Konwe, dan Muna, kecuali Kerajaan Buton, ketiganya berasal dari akar yang sama, yaitu Kedatuan Luwu di zaman Sawerigading.

Raja pertama Mekongga Larumbalangi adalah keluarga Sawerigading, Raja pertama Konawe Wekoila atau We Tenrirawe juga keluarga Sawerigading. Wekoila kakak beradik dengan Larumbalangi. Kemudian, Raja Muna pertama suami We Tenri Abeng, kembar emas Sawerigading. Bahasa lainnya Ipar Sawerigading. Merujuk epos Lagaligo, suami We Tenri Abeng adalah Remang Rilangi.

Sementara itu, Kerajaan Buton dibentuk oleh 4 laki-laki pendatang dari rumpun melayu pada akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14, yaitu Sipanjongan, Sijawangkati, Simalui, dan Sitamanajo.

Cerita Rakyat Buton

Menurut buku Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara: Kesultanan Buton karangan Susanto Zuhdi, setibanya di Buton keempat tokoh yaitu Sipanjongan, Sijawangkati, Simalui, dan Sitamanajo mulai membangun sebuah desa dengan sistem pemerintahannya masing-masing.

Namun, seiring berjalannya waktu, desa tersebut akhirnya melebur menjadi satu dan pada akhirnya menjadi Kerajaan Buton. Pada saat itu, ditunjuk seorang raja, yaitu seorang perempuan, Ratu Wa Kaakaa. Ia tercatat menjadi raja pertama Kerajaan Buton. Siapa Wa Kaakaa? 

Dituturkan dalam cerita rakyat, Wa Kaakaa ditemukan ketika masih bayi dalam sebatang buluh gading (bambu kuning) oleh seorang pemburu bernama Sangia Langkuru di bukit Lelemangora. Bayi cantik jelita itu lalu diangkat oleh Betoambari sebagai putrinya sendiri, begitulah selanjutnya ia dewasa kemudian dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Buton.

Raja Wa Kaakaa menikah dengan Sibatara. Mereka hidup damai dan harmonis hingga dikaruniai 7 orang anak, sampai suatu waktu Sibatara diam-diam menikah lagi dengan seorang gadis dari Desa Baaluwu. 

Mendengar hal ini, Raja Wa Kaakaa sangat kecewa dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke kahyangan bersama 6 anaknya. Sedangkan satu anaknya yang bernama Bulawambona telah dinikahkan dengan La Baluwu. Sebelum kepergiannya, Raja Wa Kaakaa mengangkat anaknya Bulawambona sebagai Raja Butun.

Cerita Rakyat Mekongga

Situs Pemerintah Kabupaten Kolaka menulis, pada abad ke-14 dua orang dari keluarga Sawerigading di Kerajaan Luwu purba menuju Sulawesi Tenggara (Tanah Alau). Disebut Tanah Alau karena negeri ini tempat terbitnya matahari dilihat dari sana.

Kedua saudara tersebut yaitu Larumbalangi (laki-laki) dan Wekoila (puteri). Wekoila merupakan nama julukan, terdiri atas ‘We’ menyatakan wanita, dan ‘Koila’ adalah sejenis siput di laut yang putih bersih. 

Wekoila ini adalah seorang puteri yang cantik, kulitnya putih bersih seperti koila. Nama sebenarnya dari Wekoila adalah Tenrirawe (We Tenrirawe). Larumbalangi membentuk kerajaan Mekongga yang bertempat tinggal di Wundulako, Ulu Balandete. Ada pun Wekoila terus ke daerah Unaaha dan membentuk Kerajaan Konawe

Cerita Rakyat Konawe

Pada saat We Tenrirawe atau Wekoila tiba di Konawe, di Konawe belum lama berselang eksis 3 kerajaan kecil. Kerajaan Pandangguni di Abuki, Kerajaan Wawolesea di Lasolo, Kerajaan Besulutu di Besulutu.

Ketiganya saling berperang berebut wilayah, pengaruh, dan hegemoni kekuasaan. Akhir dari peperangan kekuasaan tersebut akhirnya yang muncul sebagai pemenang adalah Kerajaan Pandangguni.

Pandangguni dipimpin oleh seorang raja bernama “ Ndotongano Wonua”, yang berarti penguasa pusat negeri, mempunyai seorang putra yang bernama “Ramandalangi” dengan gelar “Langgai Moriana” (laki-laki yang menghilang entah kemana perginya). 

Pandangguni setelah menaklukan 2 kerajaan lainnya dan menjadi pemenang perang, lantas memusatkan kedudukannya di Unaaha. 

Pada periode inilah atau sekitar abad ke-10, tibalah di Unaaha seorang puteri dari Kerajaan Luwu purba bersama 40 pasukannya bersenjata lengkap dan berbaju zirah, yang oleh orang-orang Tolaki puteri itu dgelar Wekoila. Nama aslinya We Tenrirawe, keluarga Sawerigading.

Wekoila kemudian kawin dengan anak Ndotongano Wonua, Ramandalangi, dan Wekoila diangkat menjadi ratu. Dengan demikian, Wekoila adalah mokole (raja) pertama dalam Kerajaan Konawe.

Cerita Rakyat Muna

Dalam buku Kerajaan dan Kebudayaan Muna yang ditulis Jules Couvreur dikisahkan Raja Muna pertama adalah orang yang muncul dari dalam bambu. Karena kejadian ini tidak umum maka dia dianggap sakti. Diangkatlah dia jadi raja. Apa hubungannya dan Kerajaan Luwu? Begini ceritanya.

Suatu hari dibangunlah sebuah rumah besar untuk Mino (semacam tetua kampung) Wamelai, akan tetapi mereka kekurangan bambu untuk membuat lantainya.

Sang Mino menyuruh empat pembantunya (kafowawe) pergi mencari bambu di hutan. Setelah mencari di seluruh kawasan akhirnya menemukan juga sebatang bambu besar dan tebal di suatu tempat. Ketika hendak memotong bambu itu tiba-tiba terdengar suara seseorang dari dalam pohon bambu itu.

Mereka tidak berani memotongnya dan kembali ke kampung menceritakan pada mino, bilamana mereka hendak memotong bagian bawahnya terdengar suara yang mengatakan, "aduh betisku. Jika dipotong agak tinggi terdengar suara yang sama, "aduh punggungku. Dan bila dipotong lebih tinggi lagi, terdengar lagi, "aduh kepalaku."

Sang mino tidak percaya dan mengira pembantunya hanya malas saja. Lalu keempat orang itu disuruh kembali ke hutan. Untuk mengawasi mereka diikutsertakan orang kelima.

Ketika tiba di tempat dimaksud, orang kelima itu hendak memotong bambu itu tapi ia pun mendengar hal yang sama. Namun tanpa bambu mereka tidak berani kembali, sehingga mereka menggali bambu itu dan membawanya ke kampung.

Sang mino mendengar pengalaman orang kelima kini hendak mencoba juga membelah bambu itu akan tetapi ia pun mendengar suara yang sama.

Kemudian ia memanggil seluruh rakyat berkumpul di depan rumahnya dan menyuruh mereka menjaga bambu itu.

Setelah 40 hari 40 malam penjagaan, masuklah berita aneh. Dua orang lelaki dari Wamelai bernama La Lele dan La Katumende waktu menjelajahi Pulau Muna dan tiba di pesisir pantai yang kini terletak di Lohia mereka melihat seorang wanita duduk di atas palangga (sebuah pinggan batu besar) dan terapung, di sekitar Pulau Lima.

Wanita tersebut tengah hamil lalu ditangkap dan kemudian La Katumende pulang ke Wamelai memberitahukan kepada Mino. Mino menyuruh agar wanita itu dibawa ke Wamelai.

Wanita itu ternyata putri Raja Luwu, saudara perempuan Sawerigading bernama Tandiabe (We Tenri Abeng dalam lidah orang Muna).

Ketika di bawa ke Wamelai, ia diletakkan di depan rumah mino, di mana seluruh rakyat mengagumi wanita itu. Tiba-tiba terdengar lagi suara dari dalam bambu yang ditujukan pada wanita itu.

"Engkau menjadi istriku." 

Wanita itu menjawab, "Saya dalam keadaan begini karena ulahmu."

Karena itu, atas perintah mino, wanita itu yang diberi nama Sangke Palangga (diambil dari pinggan batu) bersama dengan bambu itu dibawa ke Lambubalano (letaknya di Kota Muna) dan kemudian bambu itu dibelah. Ketika bambu dibelah, munculah seorang laki-laki dan diberi nama Bheteno ne Tombula (yang muncul dari bambu).

Begitulah cerita rakyat masing-masing 4 kerajaan besar di Sulawesi Tenggara, dituturkan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Melalui warisan cerita seperti ini sebuah negeri mengetahui asal-usulnya. (*)

Baca Juga:
Kolaka Dulu Bukan Bagian Sulawesi Tenggara
Baubau Pernah Jadi Ibu Kota Sulawesi Tenggara
Alasan Mengapa Bombana di Sulawesi Masuk Wilayah Buton
Satus Muna terhadap Buton
Daerah Pemekaran Muna tapi Namanya Buton Utara

Comments

Popular posts from this blog

Lagu tentang Desember

Semua hal di dunia ini barangkali sudah pernah dibuatkan lagu. Tidak terkecuali nama bulan. Setiap bulan kayaknya ada lagunya, mulai dari Januari sampai Desember. Seperti halnya bulan ini kita berada di Desember, Indonesia punya beberapa lagu populer yang diciptakan dengan judul Desember. 1. Kenangan Desember - Arie Koesmiran (1970) Arie Koesmiran Ini lagu cewek. Lewat lagu ini si cewek membuka rahasia hatinya yang terdalam. Setiap wanita pasti punya kenangan emas, kenangan yang sangat berkesan dalam hidupnya. Kenangan emasnya dia direbut oleh seorang pria yang pernah membuatnya jatuh hati. Pria itu pun mencintainya sepenuh hati. Kedua remaja  terlibat asmara. Pada malam dia merayakan hari lahirnya di bulan Desember, kekasih hatinya hadir. Asmara sedang mekar-mekarnya. Dia dihadiahi peluk dan ciumaan mesra. Peluk cium pertama yang direguknya. Tak disangka itu yang penghabisan pula. Kisah cintanya dengan pria itu singkat tapi meninggalkan kesan yang sangat dalam. Apakah sang kekasih...

Tempat Keramaian Kendari, Wisata Malam Ruang Terbuka

Kota Kendari punya beberapa pilihan tempat kongko di ruang terbuka, tempat orang membentuk keramaian umum. Beberapa di antaranya menjadi tempat wisata malam pelepas penat, mengendurkan urat syaraf, menurunkan ketegangan setelah seharian sibuk beraktivitas.  Kendari, daerah yang perkembangan kotanya melingkari Teluk Kendari, tidak heran kebanyakan wisata kuliner, hotel, dan spot foto hits dibangun di tepi teluk, menjual view teluk dan dua landmark Kendari yang ikonik, Jembatan Teluk Kendari dan masjid terapung Al Alam. Berikut ini pilihan wisata malam ruang terbuka dan tempat-tempat keramaian yang populer.  1. Kendari Beach Kendari Beach dengan latar Teluk Kendari dan Masjid Al Alam di kejauhan Ada sepenggal jalan bypass di Kemaraya, jalur sepanjang Taman Teratai sampai Meohai Park, sebuah taman yang diapit Jln Ir H Alala dan Jln Sultan Hasanuddin, tempat keramaian pertama di Kendari sejak 80-an dan masih eksis sampai hari ini sebagai tempat favorit nongkrong. Panjangnya hanya ...

Kabupaten Tertua di Sulawesi Tenggara Berikut Modal Otonominya

Bicara kabupaten tertua berarti kembali ke masa awal terbentuknya Sulawesi Tenggara (Sultra) jadi provinsi pada 1964, ketika 4 kabupaten bergabung membentuk satu provinsi. Mereka adalah Kendari, Kolaka, Muna, dan Buton. Keempatnya di masa lalu adalah kerajaan mayor di jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Fakta lainnya, ada 2 afdeling zaman penjajahan Belanda yang bergabung dalam proses terbentuknya Provinsi Sultra. Afdeling Boeton Laiwoi yang terdiri atas onder afdeling Buton, Laiwoi, dan Muna, di tambah satu bekas onder afdeling dari afdeling Luwu, yaitu Kolaka. Afdeling Luwu berdiam di Sulawesi Selatan. Onder afdeling Kolaka ditarik masuk ke afdeling Boeton Laiwoi pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 dan tetap dipertahankan begitu ketika Indonesia merdeka oleh pemerintahan awal negara ini. Pada masa penjajahan Belanda, Sultra merupakan bagian dari Provinsi Celebes (Sulawesi) dengan ibu kotanya Makassar. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soekarno...