Gunung Nandooto atau Osu Nandooto merupakan puncak gunung tertinggi kedua di Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan ketinggian 2.421 meter di atas permukaan laut (Mdpl), berada di hamparan Pegunungan Tangkelemboke Kabupaten Konawe.
Adapun puncak gunung tertinggi pertama di Sultra adalah Gunung Mekongga yang terletak di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) dengan ketinggian 2.640 Mdpl.
Pegunungan Tangkelemboke berdiri memanjang dari bagian barat hingga ke timur dan utara, masuk di wilayah administratif Kabupaten Konawe dan Konawe Utara (Konut) serta Kolaka Timur (Koltim).
Butuh 8 Hari untuk Sampai di Puncak
![]() |
Tim ekspedisi dan eksporasi Mahacala UHO Kendari menaklukkan puncak Gunung Nandooto di Pegunungan Tangkelemboke Konawe, gunung tertinggi kedua di Sulawesi Tenggara. |
Tim Ekspedisi dan Eksplorasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mahacala) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari berhasil menaklukkan puncak tertinggi Pegunungan Tangkelemboke, Osu Nandooto, pada 29 Agustus 2023. Untuk sampai ke puncak dibutuhkan waktu 8 hari.
Pimpinan Operasi Eksplorasi Mahacala UHO Kendari, Asrami Jamil mengungkapkan, salah satu misi dalam eksplorasi tersebut adalah pembukaan rintisan jalur pendakian ke puncak Gunung Nandooto yang terletak di Kecamatan Latoma tersebut.
Eksplorasi memakan waktu 11 hari perjalanan. Selama pendakian, tim membentuk 7 camp.
“Pada hari ke-8 kami sudah sampai puncak dan butuh waktu 3 hari perjalanan untuk kembali sampai base camp,” tuturnya Asrami Jamil.
“Alhamdulillah kami bangga atas keberhasilan kali ini. Walau ada beberapa rintangan yang kami hadapi selama melakukan pendakian tapi tidak jadi penghalang, dan seluruh anggota kami pun selamat dan berhasil menjalankan tugas,” katanya.
Tim berangkat dari Kota Kendari pada 21 Agustus menuju Desa Nesowi Kecamatan Latoma, yang berada tidak jauh dari Gunung Nandooto. Dalam perjalanan tim ekspedisi berhasil melewati 7 camp, hingga sampai di puncak pada 29 Agustus 2023.
Dalam eksplorasi tersebut tim Mahacala UHO berjumlah 10 orang dibantu 4 orang warga setempat.
Kata dia, kesulitan yang paling terasa saat mereka berada di Camp 6. Daerah tersebut terdapat bebatuan dan tebing terjal. Sampai-sampai, untuk mencapai puncak mereka mengandalkan bantuan tali hingga bisa top di atas gunung.
“Di Camp 6 kami bahkan harus membagi tim menjadi 2 untuk mencari masing-masing jalur mana yang mudah untuk dilewati menuju puncak. Di daerah itu sudah tidak ada sumber mata air, sehingga kami harus melakukan survival air,” terangnya.
Ayam Emas di Puncak Nandooto
Ketua Tim Ekspedisi dan Eksplorasi Mahacala UHO Kendari Ma’ruf Asraruddin menulis di akun Facebooknya, M As Ruddy Ibrahim, berapa hari kemudian setelah penaklukan Gunung Nandooto.
"Bertahun-tahun wilayah pegunungan Tangkelemboke dengan puncak tertingginya Osu Nandooto menjadi misteri. Puncaknya yang dibentengi dinding batuan terjal menjulang menembus awan menjadi daya tarik tersendiri bagi para penjelajah rimba dan peneliti keragaman hayati, khususnya di organisasi pecinta alam Mahacala UHO," ungkap Ruddy, Minggu (10/9/2003)..
Ia menuturkan, dari tetua Desa Nesowi, Djalali (90), didapatkan keterangan bahwa umumnya masyarakat Tolaki di sekitar Latoma menamakan gunung dan pegunungan di wilayah hulu Sungai Latoma itu dengan nama Osu Nandooto.
Osu Nandooto berasal dari bahasa Tolaki, yaitu Osu berarti gunung dan Nandooto artinya “manu rasa wulaa” yang berarti ayam emas.
“Cerita rakyat tentang ayam emas Nandooto di puncak gunung ini sudah menjadi cerita yang sering dituturkan oleh para tetua kepada keturunan dan masyarakat Tolaki wilayah Latoma dan Konawe,” katanya.
Ia melanjutkan, ketertarikan Mahacala UHO terhadap Osu Nandooto puncak tertinggi pegunungan Tangkelemboke telah muncul saat survei jalur rintisan Gunung Mekongga pada akhir 1993. Setelah itu banyak survei-survei lanjutan namun Ekspedisi dan Eksplorasi Tangkelemboke 2023 yang direncanakan berlangsung mulai 21 Agustus hingga 3 September 2023 inilah yang berhasil mencapai puncaknya.
“Setiap zona yang dilalui di pegunungan ini mempunyai kesulitan tersendiri, karena semakin naik, medannya semakin bervariasi. Misalnya, tim ekspedisi harus menyusuri sungai, hingga mendapati air terjun bahkan untuk naik harus memakai peralatan tali,” ungkapnya.
Water Bank
Ruddy mengatakan, eksplorasi Pegunungan Tangkelemboke menemukan satu kenyataan yang mengejutkan bahwa ternyata Tangkelembike adalah water bank atau bank air yang mengaliri sungai-sungai besar 4 kabupaten/kota di daratan tenggara Sulawesi.
Dia merupakan hulu Sungai Latoma, Ambekaeri, Konaweha, dan lainnya lagi di Kabupaten Konawe serta Kolaka Timur (Koltim), dan juga hulu Sungai Pundoho yang masuk ke Sungai Lasolo di Konut.
Jutaan meter kubik aliran air sungai tersebut, ungkap dia, setiap tahunnya mengairi kawasan pertanian dan pasokan air bersih bagi Kabupaten Konawe, Kolaka Timur, Kabupaten Konawe Utara, dan Kota Kendari, serta memasok beragam biota sungai hingga ke muara sungai yang lepas ke Laut Banda.
“Kawasan Tangkelemboke ini adalah kars, jadi dia ada ceruk-ceruk. Air dari atas itu selama ribuan tahun masuk ke dalam ceruk-ceruk, kemudian ada semacam gua-gua serta sungai bawah tanah yang menyimpan air itu. Tangkelemboke ditutupi oleh hutan tropis sehingga mengurangi penguapan. Water bank ini sangat melimpah, meskipun musim kemarau dia tetap mengalir deras,” bebernya.
Flora dan Fauna Endemik
![]() |
Anoa |
Lebih jauh, Ruddy Ibrahim memaparkan, berelevasi hingga 2.400 Mdpl kawasan pegunungan Tangkelemboke memiliki padang sabana Lawali yang dihuni anoa, rusa, kerbau, dan sapi liar, serta mamalia lain.
Hutan hujan tropis alamiah dengan berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi, serta di ketinggian 2,000-an Mdpl terdapat zona kehidupan sub-alpin dan alpin
Saat pendakian, ditemukan flora dan fauna endemik, seperti, anggrek, kantong semar, begonia, lumut, jamur, dan berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi di hutan tropis. Kemudian fauna yang ditemui yaitu anoa dataran tinggi, macaca nigra, tarsius, musang, berang-berang, burung rangkong, elang Sulawesi, sidat atau belut besar, ular piton, berbagai jenis katak, cicak berjari, kupu-kupu, lebah madu raksasa, serta berbagai burung di ketinggian 200-an Mdpl dan di atas 2.400 Mdpl.
“Pegunungan tersebut mempunyai ciri khas dan keanekaragaman tersendiri mulai dari flora, fauna hingga jenis batuan,” jelasnya.
Ia menyimpulkan, Pegunungan Tangkelemboke dengan puncak Nandooto ini menjadi kawasan kunci berbagai jenis flora fauna endemik dan jantung kehidupan air bersih yang mengaliri sungai-sungai besar di daratan Sulawesi Tenggara seperti Sungai Latoma, Sungai Ambekaeri, Sungai Konaweeha, dan Sungai Lasolo. Sebab itu Pegunungan Tangkelemboke butuh perlindungan ekstra, pilihannya antara lain dijadikan cagar alam atau suaka marga satwa oleh pemerintah. (*)
Comments
Post a Comment