Muna sebagai kabupaten usianya tahun ini 65 tahun, sebagai kerajaan umurnya menginjak 814 tahun, sebagai sebuah pulau usianya menurut Kementerian ESDM terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.
![]() |
Ilustrasi pengangkatan Pulau Muna |
Muna 1 Juli 1959 mekar jadi kabupaten. Sama-sama mekar dengan Kecamatan Kendari, Buton, dan Kolaka saat Sulawesi Tenggara resmi terbentuk jadi provinsi, terpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebelumnya Sulsel dan Sultra digabung jadi satu, Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara (Sulselra).
Sejauh 2024 Muna sudah melahirkan 2 anak, yaitu Kabupaten Buton Utara yang dimekarkan pada 2 Januari 2007 dan 7 tahun kemudian tepatnya 23 Juli 2014 memekarkan Kabupaten Muna Barat. Terbersit rencana pemekaran dua wilayah lagi, Kota Raha dan Muna Timur.
Muna adalah nama suku yang mendiami satu dari dua pulau besar berdampingan di bawah lengan tenggara Pulau Sulawesi, Pulau Muna. Dan di sebelahnya Pulau Buton.
Secara administratif Muna berbagi tempat di pulaunya dengan Buton, yang sekarang bernama Buton Tengah. Posisinya semi-eksklave. Demikian pula Buton berbagi tempat di pulanya dengan Muna, juga semi-eksklave ditempati Kabupaten Buton Utara.
Ini berkait dengan kompromi antara dua raja pada era Raja La Kilaponto memerintah Buton dan Raja La Posasu di Muna. Yup, sebelum Indonesia merdeka Muna adalah sebuah kerajaan otonom.
La Kilaponto dan La Pusaso merupakan kakak beradik putra Raja Muna Sugi Manuru. La Kilaponto sebenarnya memegang tampuk Raja Muna mengestafet ayahnya namun dalam perjalanan dia memenangkan sayembara berhadiah kursi Raja Buton apabila sanggup membunuh bajak laut La Bolontio yang mengganggu Selat Buton. Dia kemudian memilih jadi Raja Buton dan menyerahkan mahkota kekuasannya di Muna pada adiknya La Posasu.
Menurut literatur yang ada, kerajaan Muna berdiri sejak 1210 Masehi. Menginjak usia 814 tahun saat perayaan ulang tahun Kabupaten Muna tahun ini.
Raja terakhir yang memerintah sebelum NKRI terbentuk adalah La Ode Dika (1930 - 1938). Setelah kepemimpinannya tidak ada lagi pengangkatan Raja Muna hingga proklamasi 17 Agustus 1945. Raja La Ode Dika ayah mantan Gubernur Sultra La Ode Kaimoeddin.
Kekosongan terjadi antara 1938-1947, baru setelah itu ada pengangkatan raja sekali hingga baru-baru ini diaktualisasikan kembali dengan mengangkat Raja La Ode Sirad Imbo.
Pulau Muna secara geologi terbentuk oleh pengangkatan dasar laut di zaman Pleistosen. Sebuah pulau karang. Berbeda dengan tetangganya Pulau Buton dan daerah lain di Sultra yang merupakan apung benua sehingga tanahnya gembur dan mengandung banyak mineral logam maupun nonlogam.
Jadi di Muna tanaman tumbuh di atas batu yang ada tanahnya. Ketika ada nyanyian tradisional berjudul Kontu Kowuna atau Batu Berbunga, tidak terdengar seperti delusi. Sama wajarnya menemukan kulit kerang di puncak bukit tertingginya. Sekaligus mengafirmasi ”Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” dalam lirik lagu Koes Plus, Kolam Susu, bukan hiperbola tapi realita.
Daerah karst seperti ini akan ditemukan banyak gua dan sungai-sungai bawah tanah yang tiba-tiba muncul di permukaan membentuk danau atau aliran sungai yang kemudian menghilang lagi dalam tanah.
Kabupaten Muna membiayai otonominya secara default dari hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Wisata seharusnya punya masa depan di sini. Ada juga aktivitas penambangan tapi batu kapur. Maka di sini waktu seolah berjalan pelan.
Muna pernah membuat lompatan besar di era Ridwan Bae bupati (1999-2009). Wajah kota Raha berubah drastis secara progresif. Sampai-sampai peta Muna harus dibuat ulang karena topografinya banyak berubah. Sebagian besar karena ia dan kabinetnya jago menjolok anggaran di pusat sehingga ia bisa meng-custom Muna sebaik impiannya.
Sejak awal Pulau Muna terbentuk oleh pengangkatan. Tidakkah itu terdengar seperti pesan tersirat bahwa pulau ini spesifik dan untuk mengkonstruksi daerah ini maju ia harus diangkat, tidak cukup hanya didorong apalagi didorong dari depan. (*)
Dirgahayu ke-65 Kabupaten Muna
Comments
Post a Comment