Skip to main content

Presiden yang Pernah Kunjungi Sulawesi Tenggara

Tidak semua Presiden Indonesia pernah berkunjung ke Provinsi Sultra. Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia pernah berkunjung ke Provinsi Sulselra namun tidak sampai menyeberang ke jazirah Sultra.

Sulselra akronim dari Sulawesi Selatan-Tenggara. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sulawesi Tenggara (Sultra) masih lebur dalam Provinsi Sulselra yang beribu kota di Makassar. Sultra baru otonom sebagai provinsi pada 1964 dengan ibu kota Kendari.

Megawati Soekarnoputri pernah bertandang, namun dalam posisi tidak sedang menjabat presiden, karena itu dia tidak dimasukkan dalam laporan ini.  Berikut ini presiden yang tercatat pernah berkunjung ke Sultra.

1. Soeharto

Soeharto

Berita pertama mengenai kedatangan presiden di Sultra termuat dalam lembar sejarah 1971, ketika Presiden Soeharto pada 14 April tahun itu melakukan kunjungan perdananya di Kendari, semenjak dilantik menjadi presiden kedua pada 1967. Persis 4 tahun setelah bertahta.

Soeharto dijamu Gubernur Sultra masa itu Eddy Sabara, dan Kendari masih berstatus kabupaten.

Presiden meninjau beberapa proyek pembangunan, lalu sore harinya mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat se-Provinsi Sultra.

Pada akhir pertemuan, Presiden Soeharto menyerahkan sumbangan sebesar Rp50 juta kepada para tokoh agama setempat untuk digunakan dalam pembangunan bidang spiritual.

Hingga Soeharto turun tahta 1998, dia tercatat 5 kali menyambangi Sultra.

Kunjungan kedua dilakukan pada 11 Juli 1985 , kali ini dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-38 Koperasi dan Hari Keluarga Berencana ke-15 yang dipusatkan di Kendari.

Kursi Gubernur Sultra tempo itu telah berpindah tangan ke Ir H Alala, Kendari sudah menjadi kota administratif (kotif).

Satu rangkaian dengan acara itu, Presiden meresmikan sejumlah proyek pembangunan.

Di antara kesibukannya, Presiden dan Ibu Tien Soeharto melakukan peninjauan di gedung baru BKKBN. Kemudian mereka meninjau dan meresmikan gedung PKK, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar. Acara dilengkapi dengan peninjauan pameran pembangunan Sulawesi Tenggara. Penutup acara pada malam hari adalah pertunjukan kesenian daerah.

Soeharto kembali ke Kendari untuk ketiga kalinya pada 27 Agustus 1988 meninjau desa transmigrasi, meresmikan proyek-proyek dari 10 sektor pembangunan di Kendari dan Kolaka, proyek-proyek senilai Rp150 miliar.

Antara lain peresmian proyek irigasi Wawotobi Unaaha, Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Kendari, Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Wuawua,  serta proyek pembudidayaan dan pengolahan udang.

Proyek bendungan Wawotobi itu sendiri dibangun dengan biaya sebesar Rp68,673 miliar. Proyek bantuan Bank Pembangunan Asia ini dibangun sejak Agustus 1982.

Ia juga menyempatkan diri melongok desa transmigrasi Jati Bali dan Sidang Kasih di Ranomeeto.

Sedangkan di Kolaka, Soeharto melakukan panen perdana proyek pembudidayaan dan pengolahan udang di Desa Watubangga serta melakukan pemetikan cokelat pada perkebunan rakyat di Desa Tosiba.

Sore harinya meresmikan gedung Dewan Kerajinan Nasional Sulawesi Tenggara. Presiden bermalam di Kendari.

Masa itu Gubernur Sultra masih lagi dijabat Ir H Alala.

Kunjungan keempat terjadi pada 10 September 1990.

Presiden Soeharto meresmikan berbagai proyek pembangunan di Kendari, yaitu pelabuhan perikanan samudera, galangan kapal, dan Masjid Agung Al-Kautsar.

Ir H Alala masih menduduki Gubernur Sultra ketika itu.

Dan, mungkin juga tidak banyak yang tahu kalau Gelanggang Olahraga (GOr) Bunga Suka Desa di Duriaasi, Pondidaha, Konawe itu prasasti peresmiannya ditandatangani Soeharto pada 11 Maret 1996.

Itu menjadi kunjungan kelimanya di Sultra, berbalut agenda utama pencanangan bulan bakti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Lembaga Musyawarah Desa (LMD).

Soeharto sekaligus meresmikan Pabrik Feronikel II milik PT Antam Tbk, serta Balai Rujukan Keluarga Masagena dalam kesempatan yang sama.

Jabatan Gubernur Sultra kali ini sudah di tangan La Ode Kaimoeddin, dan Kendari baru satu tahun menjadi kota madya.

Tidak ada yang menyangka kalau itu menjadi kunjungan terakhir Soeharto di Sultra. Karena 2 tahun kemudian ia dijatuhkan oleh gerakan Reformasi 1998 setelah 32 tahun berkuasa.

2. Abdurrahman Wahid

Gus Dur

Presiden yang lebih dikenal dengan Gus Dur berkunjung ke Sultra pada 2001 untuk melakukan penanaman perdana jati super di Kabupaten Muna. Sultra waktu itu dipimpin Gubernur La Ode Kaimoeddin.

Gus Dur presiden keempat RI namun menjadi presiden kedua yang pernah datang di Sultra.

3. Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono

SBY, singkatan yang diambil dari nama lengkap presiden ke-6 RI ini, setidaknya 2 kali menginjakkan kaki di Sultra.

Yang paling lekat dalam ingatan warga adalah saat ia datang membuka secara resmi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-21 Tingkat Nasional pada 29 Juli 2006 di Kota Kendari, yang lokasinya meski berganti nama menjadi Tugu Religi namun oleh masyarakat tetap dikenal sebagai Tugu MTQ.

Tapi, itu merupakan kunjungan keduanya. SBY sebelumnya pernah ke Sultra pada 25 Oktober 2005, persis setahun sejak dilantik 20 Oktober 2004 usai memenangkan pemilu presiden.

Dua kunjungan itu, seluruhnya terjadi ketika Ali Mazi menduduki kursi Gubernur Sultra.

4. Joko Widodo (Jokowi)

Jokowi

Kunjungan pertama dilakukan pada 6 November 2014, dalam rangka membuka Musyawarah Nasional (Munas) ke-12 Ikatan Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama).

Di sela kunjungan singkat selama 5 jam itu, Presiden Jokowi menyempatkan diri meninjau Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari yang diresmikan Presiden Soeharto pada 10 September 1990.

Kunjungan kedua pada 2 Maret 2019 di Kota Kendari. Kunjungan ini dinilai beraroma politik, karena dilakukan di tengah masa kampanye pemilihan presiden (pilpres). Dalam kesempatan ini Jokowi datang meresmikan acara jalan santai dan membagikan sertifikat tanah kepada masyarakat.

Kunjungan ketiga dilakukan pada 22 Oktober 2020, dalam rangka meresmikan Jembatan Teluk Kendari dan pabrik gula milik pengusaha swasta Jhonlin di Kabupaten Bombana.

Kali keempat, pada 30 Juni 2021 Jokowi datang membuka Musyawarah Nasional (Munas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) serta memantau secara virtual kegiatan vaksinasi serentak di 17 kabupaten/kota di Suiltra, dari kantor Gubernur.

Kunjungan kelima pada 27 Desember 2021 meresmikan pabrik nikel PT VDNI dan OSS di Kabupaten Konawe, keduanya perusahaan asing milik Tiongkok. Ia juga meresmikan Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur.

Jokowi kembali lagi ke Sultra pada 9 Juni 2022 dalam kunjungannya yang keenam. Ia didampingi ibu negara, Iriana Jokowi, meresmikan tiga pelabuhan di Kabupaten Wakatobi, yaitu Pelabuhan Kaledupa, Pelabuhan Tomia, dan Pelabuhan Binongko.

Ia juga ikut meresmikan satu unit kapal penyeberangan, Kapal Motor Penumpang (KMP) Sultan Murhum II. Kapal melayani angkutan penyeberangan perintis rute Kamaru-Kaledupa, Kaledupa-Tomia, dan Tomia-Binongko.

Masih di tahun yang sama, pada 27 September 2022 Jokowi mendarat di Sultra untuk melakukan serangkaian kegiatan di Kota Baubau Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Selatan. Kegiatan utamanya adalah menyapa masyarakat sekaligus memberikan bantuan langsung tunai (BLT) bahan bakar minyak (BLT BBM) dan bantuan sosial lainnya. Itu kunjungan ketujuh. (*)

Baca Juga:
Kepala Daerah Terpenjara Asal Sulawesi Tenggara
Timeline Pemekaran Daerah di Sulawesi Tenggara
Petunjuk Jalan Keliling Daerah Sulawesi Tenggara

Comments

Popular posts from this blog

Lagu tentang Desember

Semua hal di dunia ini barangkali sudah pernah dibuatkan lagu. Tidak terkecuali nama bulan. Setiap bulan kayaknya ada lagunya, mulai dari Januari sampai Desember. Seperti halnya bulan ini kita berada di Desember, Indonesia punya beberapa lagu populer yang diciptakan dengan judul Desember. 1. Kenangan Desember - Arie Koesmiran (1970) Arie Koesmiran Ini lagu cewek. Lewat lagu ini si cewek membuka rahasia hatinya yang terdalam. Setiap wanita pasti punya kenangan emas, kenangan yang sangat berkesan dalam hidupnya. Kenangan emasnya dia direbut oleh seorang pria yang pernah membuatnya jatuh hati. Pria itu pun mencintainya sepenuh hati. Kedua remaja  terlibat asmara. Pada malam dia merayakan hari lahirnya di bulan Desember, kekasih hatinya hadir. Asmara sedang mekar-mekarnya. Dia dihadiahi peluk dan ciumaan mesra. Peluk cium pertama yang direguknya. Tak disangka itu yang penghabisan pula. Kisah cintanya dengan pria itu singkat tapi meninggalkan kesan yang sangat dalam. Apakah sang kekasih...

Tempat Keramaian Kendari, Wisata Malam Ruang Terbuka

Kota Kendari punya beberapa pilihan tempat kongko di ruang terbuka, tempat orang membentuk keramaian umum. Beberapa di antaranya menjadi tempat wisata malam pelepas penat, mengendurkan urat syaraf, menurunkan ketegangan setelah seharian sibuk beraktivitas.  Kendari, daerah yang perkembangan kotanya melingkari Teluk Kendari, tidak heran kebanyakan wisata kuliner, hotel, dan spot foto hits dibangun di tepi teluk, menjual view teluk dan dua landmark Kendari yang ikonik, Jembatan Teluk Kendari dan masjid terapung Al Alam. Berikut ini pilihan wisata malam ruang terbuka dan tempat-tempat keramaian yang populer.  1. Kendari Beach Kendari Beach dengan latar Teluk Kendari dan Masjid Al Alam di kejauhan Ada sepenggal jalan bypass di Kemaraya, jalur sepanjang Taman Teratai sampai Meohai Park, sebuah taman yang diapit Jln Ir H Alala dan Jln Sultan Hasanuddin, tempat keramaian pertama di Kendari sejak 80-an dan masih eksis sampai hari ini sebagai tempat favorit nongkrong. Panjangnya hanya ...

Kabupaten Tertua di Sulawesi Tenggara Berikut Modal Otonominya

Bicara kabupaten tertua berarti kembali ke masa awal terbentuknya Sulawesi Tenggara (Sultra) jadi provinsi pada 1964, ketika 4 kabupaten bergabung membentuk satu provinsi. Mereka adalah Kendari, Kolaka, Muna, dan Buton. Keempatnya di masa lalu adalah kerajaan mayor di jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Fakta lainnya, ada 2 afdeling zaman penjajahan Belanda yang bergabung dalam proses terbentuknya Provinsi Sultra. Afdeling Boeton Laiwoi yang terdiri atas onder afdeling Buton, Laiwoi, dan Muna, di tambah satu bekas onder afdeling dari afdeling Luwu, yaitu Kolaka. Afdeling Luwu berdiam di Sulawesi Selatan. Onder afdeling Kolaka ditarik masuk ke afdeling Boeton Laiwoi pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 dan tetap dipertahankan begitu ketika Indonesia merdeka oleh pemerintahan awal negara ini. Pada masa penjajahan Belanda, Sultra merupakan bagian dari Provinsi Celebes (Sulawesi) dengan ibu kotanya Makassar. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soekarno...