Awal mula Kendari terlibat Perang Dunia II dimulai ketika Jepang mengobarkan Perang Pasifik pada 1942, salah satunya menyerang Pangkalan Udara Kendari II untuk merebutnya dari tentara Hindia Belanda.
![]() |
Salah satu bungker peninggalan Jepang, dilengkapi mortir, menghadap Teluk Kendari. Oleh pemerintah dijadikan cagar budaya. |
Pangkalan Udara Kendari II direbut dengan mudah dalam operasi 24 Januari 1942 oleh pasukan gabungan Sasebo SNLF yang dibawahi oleh Kapten Mori Kunizo, menurut Kehn Jr., 2008, dikutip buku Studi Arkeologi Historis Situs Lapangan Terbang Kendari II. Rekonstruksi Lapangan Udara Kendari II (Kendari II Airfield) sebagai Medan Pertempuran Masa Perang Dunia II.
Buku ini disusun pada 2016 oleh Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Haluoleo (UHO) dan Balai Arkeologi Sulawesi Selatan Makassar.
Belanda membangun Pangkalan Udara Kendari II pada 1936 untuk meningkatkan kehadiran militernya di Hindia Belanda. Bandara melakukan pendaratan perdana pesawat militernya pada 1938.
Pangkalan Udara Kendari II dianggap lapangan terbang terbaik di seluruh Hindia Belanda kalau bukan di seluruh Asia Tenggara. Belanda menjadikan pertahanan udaranya. Lapangan terbang ini memiliki tiga landasan pacu dan ruang tambahan untuk ekspansi.
Sebelum pecahnya Perang Dunia II pada 1 September 1939, pasukan Belanda membangun barak yang dapat menampung 500 tentara dan berencana untuk memperluasnya lagi untuk bala bantuan Australia.
Awal 1942, sekitar 3.000 bom dan satu juta liter bahan bakar pesawat telah ditempatkan di Kendari II untuk mengakomodasi pengebom Amerika yang menggunakan lapangan terbang sebagai pangkalan untuk mengisi bahan bakar dan mempersenjatai kembali dalam operasi mereka melawan Filipina selatan.
Dalam operasi 24 Januari 1942, berhadapan dengan pasukan Belanda sejumlah 400 personel tergabung dalam KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Kapten F.B. van Straalen, pasukan Jepang hanya 2 yang luka.
Setelah menguasai Kendari, Jepang menjadikan Kendari Airfield II sebagai pangkalan militer untuk menyerang beberapa daerah di sekitarnya.
Sekutu tidak membiarkan begitu saja. Hanya dua pekan setelah pengambilalihan itu sekutu datang melakukan serangan balasan.
Kendari pernah 12 kali dibom dan beberapa percobaan pengeboman yang berhasil dihalau militer Jepang.
Secara keseluruhan, sejak 1942-1945 terjadi 24 serangan militer sekutu ke Kendari. sebanyak 12 di antaranya adalah pengeboman. Dari 12 pengeboman sebanyak 9 di antaranya menghantam Pangkalan Udara Kendari II dan 3 membombardir Kota Kendari.
Ahli arkeologi Balai Arkeologi Sulawesi Selatan melalui buku Jejak Arkeologi Perang Pasifik di Situs Lapangan Terbang Kendari II, Konawe Selatan-Sulawesi Tenggara yang ditulis M Irfan Mahmud dan Syahruddin Mansyur, mencatat aksi pengeboman sebagai berikut.
- Pengeboman ke Kota Kendari pada 20 April 1943
- Pengeboman ke Lapangan Terbang Kendari II pada 24 April 1943
- Pengeboman ke kawasan Lapangan Terbang Kendari II pada 16 Mei 1943
- Pengeboman sore hari ke Lapangan Terbang Kendari II pada 15 Juni 1943
- Pengeboman ke Kota Kendari dan Lapangan Terbang Kendari II pada 23 Agustus 1943
- Pengeboman ke Kota Kendari 13 September 1943
- Pengeboman Kota Kendari dan kota lain di Sulawesi pada 8 januari 1944
- Pengeboman Lapangan Terbang Kendari II pada 11 Februari 1944
- Pengeboman malam hari Lapangan Terbang Kendari II pada 4 dan 5 September 1944
- Pengeboman Lapangan Terbang Kendari II pada 16 September 1944
- Pengeboman Lapangan Terbang Liang (Ambon) dan Lapangan Terbang Kendari II pada 26 September 1944
- Pengeboman Lapangan Terbang Kendari II pada 16 Februari 1945
- Keberadaan tambang nikel Pomalaa. Nikel merupakan material utama membuat baja tahan karat untuk berbagai industri, khususnya pembuatan kapal dan senjata.
- Posisi geografis Teluk Kendari sangat strategis berhadapan langsung dengan Laut Banda yang menghubungkan Hindia Belanda bagian timur dengan Australia yang saat itu bagian dari sekutu. Jepang menjadikan Kendari sebagai pangkalan militer dalam berbagai penyerangan ke Makassar, Surabaya, Kupang, bahkan Darwin Australia.
Comments
Post a Comment