Skip to main content

Posts

Kota Tua, Mesin Waktu ke Jakarta Abad ke-16

Berpose di jembatan dengan latar belakang The Batavia Hotel Ketika berhadapan dengan kenangan, kita bisa jadi begitu sentimental. Berada di Kota Tua Jakarta, seperti masuk dalam mesin waktu Jhon Titor, tahun 2010 melompat ke tahun 1600. Seperti, masuk dalam buku sejarah akhir abad ke-16 saat Hindia Belanda mendirikan VOC di pelabuhan Sunda Kepala. Bangunan kuno peninggalan hindia Belanda masih utuh, meski beberapa telah diselip bangunan modern milik swasta. Bisa jadi bangunan modern itu dahulunya adalah bangunan Belanda lalu direnovasi. Beberapa lagi dijadikan bangunan pemerintah. Walau begitu, nuansa Sunda Kelapa tempo Jan Pieterszoon Coen masih sangat kental. Menurut riwayat, Jan Pieterszoon Coen merebut Jakarta ketika itu masih bernama Jayakarta dari Portugis serta menghancurkan bangunannya. Lalu membangun kembali Jayakarta dan mengganti namanya jadi Batavia. Nama ini adalah nama sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada zaman Romawi. Untuk men...

Napabale Laguna, Lukisan Vagina Alam

Napabale Laguna adalah air laut yang dijebak cincin karang. Membentuk Napabale seperti cawan. Air berkubang luas dan dalam, dilingkari bukit-bukit karang yang tinggi, terjal. Bukit rimbun menghijau nan kokoh seperti benteng penjaga, yang menjaga Napabale; Lukisan Vagina Alam. Wolfgang Bieck, peneliti evolusi layang-layang asal Jerman yang pernah tiga kali ke sana, menyebutnya Napabale Laguna. Wolfgang yang juga fotografer professional bahkan mengabadikannya dalam sejumlah fotografi dan koleksinya itu dibuatkan artikel pada sebuah tabloid Jerman.Tak cuma itu, ia juga memamerkannya di internet melalui situs pribadinya. Napabale terletak di tebing tinggi Lohia, Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, dekat pantai persis menghadap pemandangan Selat Buton. Air laut mengalir lewat goa-goa kecil di kaki bukit karang. Bentuknya seperti tube fallopi, menjadi lorong jutaan sperma kehidupan laut Selat Buton berenang mencari tempat paling aman mempertahankan keberlanjutan genetiknya. Napabale...

Gubrak, Hmm …Pasti Caleg

Setelah 9 April 2009, iklim sosial di Raha, Kabupaten Muna mengalami beberapa perubahan yang aneh. Dulu, kalau ada berita mengamuk, orang pasti bertanya, “anak lorong apa?”. Sekarang, dengar orang mengamuk, “Hmm…pasti caleg”. Lelucon yang kejam sebenarnya, tapi caleg memang sedang jadi bulan-bulanan sindiran. Sementara duduk di bundaran tugu Jati ada raung knalpot memekak telinga, melesat bak anak panah, lalu di kelokan terdengar bunyi gubrak…  Ini kalimat pertama yang diteriakkan orang-orang di sekitar situ. “Taruhan, pasti Caleg”.  Itu belum seberapa menyakitkan. La Olo, mantan anggota DPRD Muna yang kini ikut mencalonkan diri diisukan meninggal di tempat perhitungan suara. Sampai-sampai ia muncul di PPK Kecamatan Katobu keesokan harinya, banyak yang gugup. Nyong, salah seorang caleg dari Dapil Muna III diisukan jual mobil Terrano-nya, keliling dengan parang mencari peluncurnya satu per satu. Jual celana 501 untuk beli rokok, mengamuk di pasar dan lain sebagainya. Kini, Nyon...

Unek-Unek Caleg Usai Pileg 2009

Satu per satu caleg Pileg 2009 di Raha, Kabupaten Muna mulai menampakan gejala depresi. Sudah ada yang masuk IGD dengan dua jahitan di kepala, sebab dihantamkan celengan tanah liat oleh isterinya setelah memeriksa cadangan uang terakhir di celengan bayi yang kelihatan masih utuh, tapi setelah dicek pantatnya sudah bolong. Isinya kosong melompong. Sebaliknya ada ibu rumah tangga yang masuk RS dengan bibir pecah, muka biru lebam. Ia dipermak suaminya yang caleg, lantaran menuding keluarga sang isteri tidak member dukungan hingga perolehan suaranya kecil. Tapi ada kekesalan yang tidak bisa dilampiaskan yakni kekesalan terhadap konstituen. “Sakit kasihan. Ada anak buahku, sudah 7 tahun ikut saya. Kalau datang ke kota, tinggal di rumah. Sakit keluarganya di kampung kita jenguk, kita bantu. Kurang beras kita kirimkan di karungnya, keluarganya kawin kita urus. Pokoknya kita sudah anggap keluarga. Tapi tanggal 9 kemarin, di TPS-nya, biar satu suara tidak ada. Bagaimana itu eh, bingung saya,” g...

Berburu Korupsi di Rana Butur

Emilwan Ridwan SH, Kepala Seksi Intelijen Kejari Raha Proses penyidikan kasus dugaan korupsi dana hibah Pemerintah Kabupaten Buton Utara (Butur) telah sampai pada tahap penyitaan aset. Sejumlah surat dan dokumen yang dibutuhkan adanya di Ereke. Berbekal Ford Ranger dan pengawalan polisi, duo jaksa, Juli Isnur dan Emilwan Ridwan, selama tiga hari mengobrak-abrik sarang Kasim SH, Pj Bupati Butur. Selasa (27/10) pagi, yang mendebarkan, tim penyidik Kejari Raha menguatkan keberanian berangkat ke Butur. Bukan cuma siap menghadapi resiko perlawanan tapi juga siap menjajal medan Butur yang terkenal garang, apalagi di musim penghujan seperti ini. Hari masih pagi, jarum jam menunjuk angka 8. Kabut di udara telah sirna tapi kabut was-was menyelimuti rombongan berjumlah 9 orang. Kasintel Emil dan Kasipidus Juli ayang akrab disapa Boy, dibantu asistennya masing-masing, Sawal dan Darman. Ditambah pengawalan bersenjata lengkap yang diberikan Polres Muna sebanyak empat orang, Brigadir Arwan, Briptu S...

Desa Tiga, Suku yang Tidak Kenal Wakil Rakyatnya

Kali pertama berjumpa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Satu Atap (Satap) kupikir hanya sebuah nama. Benak mileniumku yang dicekoki modernitas dan kecanggihan abad ini tak sedikit pun curiga jika nama itu adalah gambaran diri sekolah di Desa Tiga, pulau kecil di Selat Tiworo, Kecamatan Tikep. Sebuah kejujuran yang memiriskan hati. Dinamai SMP Satu Atap karena ia satu atap dengan SDN 2. Gedungnya satu, gurunya sama, kepala sekolahnya pun satu. Kepala sekolah SD merangkap Kepsek SMP. Gurunya berjumlah 8 orang, mereka mengajar murid SD juga anak SMP. “Ada guru mengajar sampai tiga bidang studi. Setengah mati kita minta guru, dari dulu kita minta sama bupati, tapi tidak turun-turun juga,” kata Rappe L, Kepala Dusun Mandike, Desa Tiga. Kalau tamat SD, hanya seragam yang berubah. Sekolah tetap di situ, dengan guru yang sama, kepala sekolah yang sama. Melihatnya sedih tapi mengingatnya jadi geli. Bahkan suasana hati turut menjadi satu atap ketika sedih dan geli berbaur jadi satu ekspre...

Susah Sahur, Lari Saja di Bundaran Tugu Jati

Susah sahur? Lari saja di bundaran Tugu Jati. Ada 6 tenda kaki lima berjejer di satu sudut taman, menjaja mi siram plus, siap menyelamatkan puasa anda esok hari. Praktis, cepat saji, murah pula. Ajakan ini tentu saja khusus ditujukan buat tukang begadang, orang kemalaman dalam perjalanan, atau anak kos-kosan yang still single .  Bagi begadang maniak, pasti kenal sudut ini. Sudut yang selama ini dikenal dengan nama kafe kayu-kayu. Tempat esek-esek orang kecil yang tidak mampu beli bir, tidak sanggup pakai “barang impor". Yang saban hari akrab disantroni razia Kameko (miras tradisional, red) oleh polisi atau pamong praja, lebih-lebih pada bulan Ramadan. “Banyak orang suka sahur di sini,” kata salah seorang pedagang kaki lima, Wa Ode Ari (44).  Beragam alasan yang pernah didengarnya antara lain,”Daripada pulang di rumah, makan sahur dingin, lebih baik sahur di sini”. Mi siram yang sedang panas, dengan lapa-lapa dan telur ayam kampung serta lombok biji secukupnya, sudah bisa membu...