Raha, sebuah kota pelabuhan yang tenang. Diapit laut dan hutan jati.
Laut di timur, hutan jati di barat.
Kotanya tidak luas, melainkan memanjang mengikuti garis pantai. Lebarnya dulu hanya kurang lebih 3 kilometer dari bibir pantai ke tepi hutan jati.
Raha, pulau berbahan kars, persembahan mahakarya tektonik.
Udaranya perpaduan aroma garam dan wangi bunga jati alam.
Gairahnya merupakan pergolakan antara deru angin laut yang beringas dan semilir hawa rimba yang tentram.
Baca Juga:
Napabale Laguna, Lukisan Vagina Alam
Tahun 80-an jalan ke Tampo dan Warangga jati berjajar di kiri kanan jalan raya, dahannya sudah saling bertaut. Melewati jalan itu sama dengan memasuki terowongan gelap. Matahari tidak tembus.
Jati tidak ada yang dibuang. Daunnya jadi pembungkus ikan dan pewarna alami, rantingnya kayu bakar, dahannya pagar, batangnya bahan rumah, akarnya jadi gembol.
Bagaimana Pulau Muna bisa melimpah pohon jati, ada kisah yang diceritakan turun-temurun.
Awal abad ke-15, memerintah Kerajaan Muna pada saat itu Raja Sugi Laende dan armada perangnya dipimpin Kapitalao (Panglima Perang) Paelangkuta.
Baca Juga:
Katimboka, Layangan Pertama di Dunia
Suatu hari Paelangkuta pulang dari Jawa usai membantu Jepara berperang melawan Inggris. Dia diberi oleh-oleh benih pohon jati.
Dari situlah asal penamaan kulidawa. Kuli artinya kayu, dawa artinya Djawa dalam lidah orang Muna. Dia ditanam di wilayah yang saat ini bernama Napabalano.
Pada masa penjajahan Belanda, potensi jati dibudidayakan.
Menurut catatan harian Jules Couvreur seorang kontrolir onderafdeling Muna yang diutus Belanda tahun 1933 sampai 1935, semacam bupati sekarang ini, Belanda menginjakkan kaki di Muna tahun 1906,
Baca Juga:
Raja Festival Layangan Internasional Itu Bernama Kolope
Catatan tentang jati ditulis budayawan Muna, H Sido Thamrin, mantan wartawan.
"Pada tahun 1933, oleh Belanda untuk pertama kali dibuka kultur tanaman jati dengan luas ±15 ha sebagai percobaan di kampung Liabhalano (12 km dari Raha). Menyusul kultur patu-patu I (1936) dan II (1938) dan kultur Warangga (km 1-2,5 dari Raha) tahun 1940. Terakhir kultur Wasawala (dekat Karaaraano) pada tahun 1942, menjelang tantara Jepang masuk di Muna."
"Untuk melancarkan ekspor kayu jati langsung dari Raha, pemerintah Belanda mendatangkan sebuah perusahaan yang cabangnya berdomisili di Raha, yang bernama “Verenigde Javasche Houthandel Matschappy” yang disingkat “VEJAHOMA”. Berkantor dan bermarkas di utara Kota Raha pada tahun 1936."
Untuk alasan itu Raha mendapat julukan Kota Jati dan Pulau Muna digelar Pulau Selaksa Jati.
Sebagai anak-anak di masa kemerdekaan, atmosfer 80-an, hutan tempat mencari kayu bakar, bahan permainan, hunting ramuan obat-obatan tradisional, mencari anggrek, bunga, ayam hutan, dan buah-buahan.
Buah raghu, bele-bele, kumbou, rumba, sony. Jati itu sendiri buahnya enak seperti kacang.
Bahkan layang-layang putus carinya di hutan. Dibawa angin laut ke angkasa, tersangkut di pucuk-pucuk pohon jati.
Waktu masih ada hutan jati, Raha cepat sekali malam. Hutan jati yang lebat dan menjulang tinggi membuat matahari terbenam lebih awal.
Dari sanalah asal suara berisik saban petang. Suara burung pulang ke sarang, berbagai jenis burung penguni rimba.
Sama ributnya dengan suasana di sumur-sumur umum. Keseruan terakhir untuk hari itu.
Dari sumur umum tercipta janji pergi nonton bareng film kesukaan di rumah yang ada televisinya. Ketika TVRI satu-satunya siaran televisi.
Film kartun Elang Perak (Silver Hawk), Para Pembela Bumi (Defenders of the Earth), Centurion, HE-MAN, Mask, dan lainnya.
Kemudian ada pula film aksi Remington Steele, Hammer, film koboi Border Town, komedi situasi (sitkom) Full House, dan banyak lagi.
Dan bila malam benar-benar tiba di kota, matahari akan segera digantikan cahanya oleh tiga jenis lampu. Ada rumah yang pakai lampu teplok, stromking, pun ada pula lampu listrik.
Bila siang dicambuk angin laut yang menggebu, maka malam dibelai hembusan tectona grandis yang melenakan.
Raha dan jati adalah perpaduan yang indah, sebenarnya. (*)
Bersambung ke edisi Sketsa 80-an: Kapal Kayu
Sebelumnya:
Sketsa 80-an: PHB
Sketsa 80-an: Cinta Monyet
Sketsa 80-an: RAHA Sekilas
Comments
Post a Comment