Dalam dunia percintaan 80-an ada yang namanya PHB, kata sandi dari PENGHUBUNG. Dia yang mengantarkan surat-surat atau pesan-pesan.
Dulu ketemu langsung susah. Orang tua menjaga anak perempuannya seperti emasnya.
Telepon rumah masih barang mewah, telepon genggam 20 tahun lagi baru muncul.
Saking sulitnya bertemu, lihat pagar rumahnya saja sudah senang. Lebih-lebih kalau bisa lihat dia dari jauh saat lewat depan rumahnya. Sudah tidak bisa tidur malamnya. Terbayang-bayang wajahnya.
Dan apa juga yang membuat apabila tak sengaja harus lewat depan rumah doi, semakin dekat dengan rumahya semakin berdebar jantung?
Jadi, kalau ada cowok naksir cewek, dicarilah perempuan yang akrab dengan si doi. Dimintai tolong, "sampaikan salamku".
Kalau doi bilang "kembali salam", itu tanda jadian. Sesederhana itu. Jadi kirim salam itu dulu azimat.
Sampai di sini bukan berarti tugas PHB selesai. Hari-hari selanjutnya, peran PHB semakin penting.
Dia yang pergi ke rumah doi. Dia yang memintkan izin doi pada orang tuanya. Jadi orang di rumah tahunya doi keluar dengan teman ceweknya, rupa-rupanya mojok dengan pacarnya.
PHB tidak jauh-jauh dari pojokan itu. Berjaga-jaga, pasang belakang. Karena itu, PHB banyak tahu rahasia umat manusia. Dia juga yang paling kenyang, kadangkala.
Dan memang harus dikasih sibuk mengunyah, biar tidak dipakai bicara.
PHB bisa juga orang yang menjadikan kedua sejoli berpacaran. Dia berperan sejak awal, menjodoh-jodohkan keduanya.
Penjodohan ini tentu dicarikan yang sepadan. Kalau cewenya cantik dijodohkan dengan lelaki yang pantas. Yang menjodoh-jodohkan ini rela menjadi penghubung keduanya.
Alasannya bisa sangat subjektif, hanya karena dia senang melihat kedua insan bila merajut asmara, sepertinya serasi. Kadangkala happy ending, kadang layu sebelum berkembang.
Kalau ada pertengkaran, PHB ini yang sibuk mendamaikan. Bolak-balik meyakinkan keduanya untuk bertahan.
Sebaliknya kalau ada sifat si lelaki yang belakangan baru ketahuan jeleknya, dia juga yang menyulut si cewek untuk bubaran.
Adakalanya juga dan malah tidak sedikit yang akhirnya pacaran dengan PHB-nya.
Ada tipe PHB seperti ini. Dia yang sebenarnya suka sama di cowok, tapi dia tidak cukup percaya diri. Jadi dia menguji si cowok dengan cewek lain yang menurutnya sepadan dengan dirinya atau lebih darinya, untuk sekadar mengidentifikasi apakah dirinya masuk atau tidak dalam radar si cowok.
Bisa juga aksi itu hanya alasan bisa dekat dan ngobrol dengan si cowok tanpa dicurigai punya mau. Sekaligus mengetes apakah si cowok sudah punya pacar atau belum.
Atau melihat reaksinya bagaimana ketika didekati apakah hatinya berpendar atau tidak.
Kalau si cowok tidak suka sama si cewek yang ditawarkan, maka itu berarti dia punya harapan.
Kalau ternyata si cowok suka, dia tunggu kemelut di depan gawang dan siap memanfaatkan bola muntah.
Tiki-takanya tidak kalah rumit dibanding intrik politik orang dewasa. Begitulah, cinta bekerja dengan cara yang menakjubkan.
Bahkan di otak anak-anak, definisi "cinta mendewasakan" bekerja dengan baik. (*)
Bersambung ke edisi Sketsa 80-an: Kota Jati
Comments
Post a Comment