Skip to main content

Posts

Haroa di Raha 1990

Zaman beralih, generasi berganti, kebudayaan berevolusi. Bahkan di pulau terpencil di kaki Sulawesi yang didiami suku Muna, gempuran modernisasi tak terlerai. Tradisi haroa pun tak luput dari intrusi. Menunya perlahan berasimilasi. Satu yang masih lestari: Lapa-lapa. Kelengkapan Haroa Haroa, sebuah tradisi berkumpul untuk memohonkan doa-doa atau memanjatkan puji syukur, yang ditutup dengan jamuan makan bersama. Bagi suku yang mana jagung adalah makanan pokoknya, hampir setiap gerak kehidupan bisa diiringkan haroa. Mulai dari menyongsong kelahiran hingga melepas kematian, mendirikan tonggak kegiatan hingga menghargai pencapaian, melunaskan hajatan hingga memuliakan perayaan. Salah satunya, haroa menyambut lebaran. Hidangan yang disajikan tentu bukan menu yang lumrah dikonsumsi sehari-hari, melainkan masakan spesial yang hanya dipersembahkan pada acara penting dan massal, baik upacara adat maupun ritus keagamaan. Pengerjaannya melibatkan proses yang rumit, repot, dan membutuhkan ban...

Perempuan Perca

Pendekatan terhadap kecantikan telah begeser, dari perawatan menjadi perombakan. Di masa lalu kecantikan mengandalkan bahan alami,  di masa kini mengedepankan teknologi. Dalam upaya perawatan terciptalah bedak, sedangkan dalam upaya perombakan lahirlah bedah. Alis tatto, bulu mata palsu, bokong silikon, wajah operasi plastik, bibir filler, payudara botox. Hampir seluruh tubuhnya adalah tambalan-tambalan dari potongan-potongan benda di luar diri sejatinya, yang dijahitkan kepadanya, sampai terbentuk satu identitas baru sesuai imaji yang diinginkannya: Perempuan Perca. Lalu kejadian wanita cantik jelita menikahi pria gagah perkasa, tapi punya anak bikin ternganga jeleknya. Karena DNA hanya menduplikasi gen asli inangnya, bukan tubuh modifikasinya. (*)

Insan Pemalas

Setiap orang punya sifat malas. Tapi ada alasan logis mengapa manusia berbakat jadi pemalas dan senang bermalas-malasan. Pemalas maunya berleha-leha saja sepanjang waktu dan pada saat yang sama memiliki segala-galanya. Mobil mewah, rumah megah, uang segudang, dikelilingi dayang-dayang yang siap melayani kebutuhannya, dan apa yang dia ingini tinggal bilang. Rasa malas tampaknya sifat dasar manusia, sama alamiahnya seperti rasa lapar. Manusia akan melakukan apa saja untuk memuaskan sifat malasnya. Maka ada orang yang bekerja keras hampir sepanjang hidupnya agar kelak bisa bermalas-malasan di hari tua. Mengumpul uang sebanyak-banyaknya supaya bisa setiap saat membiayai kebutuhan sifat malasnya. Kenyataan bahwa manusia pada dasarnya pemalas, sepertinya sengaja dicipta demikian. Ya, itu karena manusia memang didesain sebagai penghuni surga. Lantaran satu dan lain hal, manusia terusir dari surga dan tinggal di dunia, yang mana sekarang apa saja harus diupayakan terlebih dahulu sebelu...

Anabule

Anabule, sebuah ungkapan yang akan sangat sering terdengar di ruang publik di Kota Kendari dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini bukan berarti anak orang Bule (Barat). Ia juga tidak ada kaitannya sama sekali dengan manusia bulai atau albino. Barangkali, memang pada awalnya, ia dipakai secara eksklusif untuk menyebut anak yang lahir di luar nikah. Menempatkannya secara sembrono sama saja mengajak berkelahi. Dalam perkembangannya, istilah anabule ungkapan yang ditujukan pada siapa saja. Menjadi kata pembuka atau penutup untuk mempertegas kata yang mengikutinya atau mendahuluinya. Misal, “anabule, kotornya!” atau “bodohmu situ, anabule”. Bahkan kadang-kadang dipakai sekaligus sebagai pembuka dan penutup. Contoh, “anabule, mingir ko , anabule.” Lama kelamaan, maksud dan maknanya pun beragam tergantung situasi. Dewasa ini, istilah anabule bahkan dimaksudkan untuk menyatakan kekaguman. Sama kadarnya dengan “wow”. “Anabule, bagusnya suaranya!” Atau dipakai untuk memelas, mereng...

Cerita Mini: Ketika Nadi Bergetar

Sebuah kecelakaan motor di simpang jalan melibatkan seorang pemuda dan gadis sebaya. Batapapun Tara di posisi benar, Pipit masuk rumah sakit dan divonis gegar otak. Pipit jadi bisu juga lumpuh. Sementara Taratumpu, nama kecil Tara, hanya luka lecet di beberapa bagian tubuhnya dan memar. Ia cuma perlu obat merah dan tukang urut.  Segala kebenarannya tiba-tiba seperti hujan sehari setelah kemarau panjang. Orangtua Pipit tidak menerima keadaan ini.  Ndopita, nama asli Pipit,  anak semata wayang dan sebentar lagi menikah.  Lantaran Pipit lumpuh,  si calon suami batal menikahinya. Tara bukan saja diserahi tanggung ongkos pengobatan tapi juga kewajiban tak masuk akal. Orangtua Pipit menuntut pria 25 tahun menikahi putrinya. Mereka beranggapan, lantaran ulah Tara maka Pipit menjadi seperti ini. Jadi, Tara harus membayar masa depan Pipit yang kelam dengan menjadikannya istri. Impas. Sebenarnya, Pipit bukan saja tidak punya masa depan tapi juga kehilangan masa lalu. Memo...

Bukan Berani karena Benar

Rasa TAKUT bukan hanya sebuah mekanisme alami MELINDUNGI diri dari MARA BAHAYA tapi ia juga bisa MENJERUMUSKAN diri ke dalam MALA PETAKA. TAKUT yang MENCELAKAI dan TAKUT  yang MELINDUNGI, perbedaan antara keduanya setipis KULIT ARI. TAKUT sama berbahayanya dengan BERANI. Salah TAKUT, celaka. Salah BERANI, celaka. BERANI dan TAKUT harus diambil dalam situasi yang tepat, terukur. Jadi, bukan "BERANI karena BENAR" tapi "BERANILAH dengan BENAR". "BERANI karena BENAR" telah banyak terbukti tidak mendatangkan akhir bahagia. Banyak yang celaka lantaran menganut paham: BERANI karena BENAR. Prinsip yang betul adalah BERANI dengan BENAR dan TAKUT dengan BENAR. Pada saat mana seorang harus mengambil sikap BERANI dan pada saat mana seorang memilih TAKUT. Kenyataanya, banyak PENAKUT tapi DITAKUTI. Pun tidak sedikit PEMBERANI tapi DIPERANGI. (*)

Waktu dan Kerusakan

Setiap muncul yang BARU berarti ada yang menjadi TUA. Yang BARU itu pun akan segera TUA. Dan yang TUA akan kembali BARU dalam bentuk lain. Setiap TAHUN BARU ditandai, semakin MENUA pula kehidupan. BARU dan TUA dibedakan oleh tingkat KERUSAKAN. Setiap BENDA punya MASA. Masa adalah WAKTU yang dibutuhkan setiap benda menuju KERUSAKAN. Ketika ada kondisi dimana benda tidak mengalami kerusakan maka waktu tidak berlaku baginya. Lalu ia disebut ABADI. Akhirnya, semakin banyak TAHUN BARU berbilang, kehidupan makin dekat dengan KERUSAKAN sempurna. (*)