Skip to main content

Tiga Jam Lagi Matahari Terbit

Mabuk, sudah pasti. Setelah semalaman melarikan diri dari dunia realita, dari hole yang gelap bermunculan wajah-wajah pekak, mata memerah, berjalan sempoyongan.

Ini pemandangan di pintu keluar salah satu tempat hiburan malam Kendari medio 2010, tiga jam lagi matahari terbit. Yah, selamat datang kembali ke dunia nyata.

Entah berapa banyak uang yang sudah mereka tinggalkan di ruang remang-remang itu, untuk musik hingar bingar dan beberapa botol minuman keras. Jangan membayangkan tentang wajah-wajah ceria layaknya seseorang yang baru pulang kampung setelah lama merantau.

Pemandangannya sama sekali tidak sedap. Ada yang dipapah, ada yang meracau tak menentu. Tidak ada yang keluar dengan kepala tegak. Seolah enggan, mengapa ini harus berakhir. Kecuali Beberapa orang yang sudah hilang mabuk saat berurusan dengan kasir.

Di antaranya ada wajah-wajah yang siang hari sangat dihormati terutama di kantornya. Untuk menyapanya, orang harus mengucapkannya dengan sedikit membungkukkan badan. Tapi dunia di sini adalah dunia yang berbeda. 

“Di mana kosimpan mobilmu ana bule,” tanya kekasihnya. Sopan santun di sini hanya berlaku untuk dua orang: Penjual tiket dan bartender.

Tiga jam lagi matahari terbit, setidaknya malam belum berakhir. Beberapa menit sebelum tiga jam lagi matahari terbit, ada yang bahkan baru saja hendak memulai malam. Parkir mobil di halaman, pria-pria penuh percaya diri itu menunggu dengan jendela setengah terbuka. Yang berkendara motor, nampang di atas kendaraanya. Sepertinya tidak akan ada penggalan malam yang tersia-sia.

Di tengah riuh ramai, para pejantan tangguh mendekati sasaran. Sedikit sapaan pendek, basa-basi alakadarnya, seluruh adegan berlangsung cepat namun teratur. Seiring knalpot meraung, kehidupan malampun berlanjut di suatu tempat entah dimana lagi. Masih tiga jam lagi matahari terbit.

Sebahagian kecil dari mereka, adalah pemilik kantong 12 pas namun semangat dugemnya pol gas. 

“Bir kalau satu dua botol tidak bikin teler. Mau beli yang impor, kantung tidak mendukung. Jadi, mabuk memang dari luar dengan kameko, cap tikus, atau mansion. Kalau sudah mabuk setengah, baru masuk. Lalu pesan bir alakadarnya untuk tambah-tambah mabuknya,” ungkap Asdar, salah seorang pengunjung.

Mengakali kehidupan dengan cara itu, mereka bisa menghemat beberapa rupiah yang bisa dipakai untuk—lumayan--short time.

“Begitulah kota kecil yang sedang belajar kota besar,”dukung Anto, rekannya. 

“Tidak enaknya masuk baru tidak pesan bir. Kan lucu kalau di tempat begituan kita pesan puyer,” tutupnya sambil berlalu, meninggalkan hawa cap tikus di udara. (*)

Baca Juga:
Trancecologi Jalari Kendari
Wali Kota Malam
Panti Jalanan Itu Bernama Mandonga
Rumah Bordil Pertama di Kendari
Hotel Pertama Kendari Riwayatmu Kini

Comments

Popular posts from this blog

Katimboka: Layangan Pertama di Dunia

Peneliti layang-layang asal Jerman, Wolfgang Bieck, saat memulai penelusurannya pada 1997 mendapati semua literatur menunjuk Cina rumah kelahiran layang-layang dunia. Mengambil tonggak 2800 tahun lalu Cina telah menerbangkan layangan terbuat dari sutra dan bambu emas sebagai bingkainya. Penggalian lebih jauh mempertemukan Wolfgang dengan layang-layang di Asia Tenggara yang lebih primitif. Terbuat dari daun. Baca Juga: Raja Festival Layangan Internasional Itu Bernama Kolope Persepsinya mengenai layang-layang terdamprat. Dari situ dia mulai membuka jalur baru pemetaan asal muasal layang-layang, menggunakan pendekatan teori evolusi. Wolfgang Bieck mengungkapkan hal ini kepada penulis, saat Festival Layang-Layang Internasional 2006 yang diselenggarakan di Kabupaten Muna, satu pulau kecil di Indonesia. Ia menaruh purbasangka, layang-layang sutra hanya mata rantai berikut dari evolusi layang-layang, suatu pengembangan dari layang-layang daun. Persoalannya sekarang, di Asia Tenggara teru...

Pesan Geologi Berusia 1,8 Juta Tahun untuk Kabupaten Muna

Muna sebagai kabupaten usianya tahun ini 65 tahun, sebagai kerajaan umurnya menginjak 814 tahun, sebagai sebuah pulau usianya menurut Kementerian ESDM terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.  Ilustrasi pengangkatan Pulau Muna Muna 1 Juli 1959 mekar jadi kabupaten. Sama-sama mekar dengan Kecamatan Kendari, Buton, dan Kolaka saat Sulawesi Tenggara resmi terbentuk jadi provinsi, terpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebelumnya Sulsel dan Sultra digabung jadi satu, Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara (Sulselra). Sejauh 2024 Muna sudah melahirkan 2 anak, yaitu Kabupaten Buton Utara yang dimekarkan pada 2 Januari 2007 dan 7 tahun kemudian tepatnya 23 Juli 2014 memekarkan Kabupaten Muna Barat. Terbersit rencana pemekaran dua wilayah lagi, Kota Raha dan Muna Timur.  Muna adalah nama suku yang mendiami satu dari dua pulau besar berdampingan di bawah lengan tenggara Pulau Sulawesi, Pulau Muna. Dan di sebelahnya Pulau Buton.  Secara administratif Muna berbagi tempat d...

Petunjuk Jalan Keliling Daerah Sulawesi Tenggara

Wakatobi hanya satu dari 4 pulau mayor di Sulawesi Tenggara yang memendam harta karun objek wisata alam yang eksotis. Mulai dari bawah laut, tepi pantai, hutan, sungai, air terjun, laguna, flora dan fauna endemik, gua purba, menara kars, hingga di angkasanya masih beterbangan burung langka dan layang-layang pertama di dunia, adalah semua apa destinasi wisata yang orang butuhkan, ada di jazirah ini. Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas 17 kabupaten/kota, secara rinci 2 kota dan 15 kabupaten. Sebagian daerah-daerah itu berdiam di daratan utama Sulawesi dan sebagian tersebar di kepulauan. Persisnya 8 daerah di daratan dan 9 daerah di kepulauan. Wilayah Daratan Sebanyak 8 daerah di daratan adalah: Kabupaten Kolaka ibu kotanya Kolaka Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) ibu kotanya Wanggudu Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) ibu kotanya Tirawuta Kabupaten Konawe ibu kotanya Unaaha Kabupaten Konawe Utara (Konut) ibu kotanya Lasusua Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) ibu kotanya Andoolo Kota Kendari...