Aku akan membagi pengalaman dari membaca penggalan surat Asy-Syura, ayat 39 sampai 43.
Membaca ini kita seakan-akan berdialog langsung dengan Allah.
Dia membuat ayat kedua merupakan jawaban atas pertanyaan yang muncul di pikiran kita setelah membaca ayat sebelumnya. Begitu seterusnya sampai bahasan ini simpul. Keren.
Di surat ini Allah menuntun bagaimana muslim mesti bersikap terhadap kezaliman.
Sebelum sampai di Asy-Syura 39, Allah memberi penjelasan di atasnya tentang siapa orang yang akan mendapatkan kenikmatan di sisi Allah. Salah satunya adalah:
Asy-Syura: 39
"...Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri."
(Ayat ini menganjurkan muslim harus membela diri apabila mendapat perlakuan zalim. Jangan diam. Bagaimana bentuk pembelaan diri yang dimaksud?)
Asy-Syura: 40
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah."
(Tapi, bukankah membalas kejahatan dengan kejahatan adalah juga sebuah kejahatan? Tidakkah itu berarti kita sama jahatnya dengan dia, sama zalimnya. Kemudian, apakah itu nantinya tidak akan dicatat sebagai dosa? Jawaban Allah ada pada ayat berikutnya.)
Asy-Syura: 40
"Sungguh Dia tidak menyukai orang-orang zalim."
Asy-Syura: 41
"Tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka."
Asy-Syura: 42
"Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih."
(Ok, clear. Membalas perbuatan zalim itu dibenarkan oleh Allah. Tidak akan dihukum. Jangan khawatir. Hanya saja, bagaimana jika kita di posisi tidak punya daya untuk membalas, apakah kita berdosa? Atau kita berdiam di sebuah negeri yang hukum positifnya tidak menyokong menjalankan tuntunan ini. Sudah terzalimi, kita terpenjara pula nantinya. Bagaimana itu Tuhan?)
Asy-Syura: 43
"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia."
(Amboi, akhirnya tentram juga hati ini. Membalas kezaliman itu DIBENARKAN, tapi bersabar dan memaafkan adalah perbuatan MULIA. Kita bisa memilih, menjadi BENAR atau menjadi MULIA). (*)
Comments
Post a Comment