Aura Pena Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Insan Pemalas

Setiap orang punya sifat malas. Tapi ada alasan logis mengapa manusia berbakat jadi pemalas dan senang bermalas-malasan. Pemalas maunya berleha-leha saja sepanjang waktu dan pada saat yang sama memiliki segala-galanya. Mobil mewah, rumah megah, uang segudang, dikelilingi dayang-dayang yang siap melayani kebutuhannya, dan apa yang dia ingini tinggal bilang. Rasa malas tampaknya sifat dasar manusia, sama alamiahnya seperti rasa lapar. Manusia akan melakukan apa saja untuk memuaskan sifat malasnya. Maka ada orang yang bekerja keras hampir sepanjang hidupnya agar kelak bisa bermalas-malasan di hari tua. Mengumpul uang sebanyak-banyaknya supaya bisa setiap saat membiayai kebutuhan sifat malasnya. Kenyataan bahwa manusia pada dasarnya pemalas, sepertinya sengaja dicipta demikian. Ya, itu karena manusia memang didesain sebagai penghuni surga. Lantaran satu dan lain hal, manusia terusir dari surga dan tinggal di dunia, yang mana sekarang apa saja harus diupayakan terlebih dahulu sebelu

Anabule

Anabule, sebuah ungkapan yang akan sangat sering terdengar di ruang publik di Kota Kendari dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini bukan berarti anak orang Bule (Barat). Ia juga tidak ada kaitannya sama sekali dengan manusia bulai atau albino. Barangkali, memang pada awalnya, ia dipakai secara eksklusif untuk menyebut anak yang lahir di luar nikah. Menempatkannya secara sembrono sama saja mengajak berkelahi. Dalam perkembangannya, istilah anabule ungkapan yang ditujukan pada siapa saja. Menjadi kata pembuka atau penutup untuk mempertegas kata yang mengikutinya atau mendahuluinya. Misal, “anabule, kotornya!” atau “bodohmu situ, anabule”. Bahkan kadang-kadang dipakai sekaligus sebagai pembuka dan penutup. Contoh, “anabule, mingir ko , anabule.” Lama kelamaan, maksud dan maknanya pun beragam tergantung situasi. Dewasa ini, istilah anabule bahkan dimaksudkan untuk menyatakan kekaguman. Sama kadarnya dengan “wow”. “Anabule, bagusnya suaranya!” Atau dipakai untuk memelas, mereng

Cerita Mini: Ketika Nadi Bergetar

Sebuah kecelakaan motor di simpang jalan melibatkan seorang pemuda dan gadis sebaya. Batapapun Tara di posisi benar, Pipit masuk rumah sakit dan divonis gegar otak. Pipit jadi bisu juga lumpuh. Sementara Taratumpu, nama kecil Tara, hanya luka lecet di beberapa bagian tubuhnya dan memar. Ia cuma perlu obat merah dan tukang urut.  Segala kebenarannya tiba-tiba seperti hujan sehari setelah kemarau panjang. Orangtua Pipit tidak menerima keadaan ini.  Ndopita, nama asli Pipit,  anak semata wayang dan sebentar lagi menikah.  Lantaran Pipit lumpuh,  si calon suami batal menikahinya. Tara bukan saja diserahi tanggung ongkos pengobatan tapi juga kewajiban tak masuk akal. Orangtua Pipit menuntut pria 25 tahun menikahi putrinya. Mereka beranggapan, lantaran ulah Tara maka Pipit menjadi seperti ini. Jadi, Tara harus membayar masa depan Pipit yang kelam dengan menjadikannya istri. Impas. Sebenarnya, Pipit bukan saja tidak punya masa depan tapi juga kehilangan masa lalu. Memorinya hilang, di usia 21