Aura Pena Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Mendulang Mutiara di Kebun Rumbia

Di tanah ini, rumbia pernah menjadi segalanya. Mulai dari atap hingga alas perut. Sampai suatu hari, segalanya menjadi tak terperi. Basir baru saja menyelesaikan panen 17 batang rumbia (pohon sagu), Minggu siang medio Mei 2014. Sembilan batang di antaranya tidak berisi penuh. Dua hingga tiga meter tiap mereka harus dibuang. Pria berusia 68 tahun tepekur. Air mukanya sewarna kelam baja ruang kebun yang diliputi mendung. Ditingkahi gerimis, dalam langkah pulang ke dangau yang didirikan di tepi Sungai Lapulu, Basir mencari langit lewat celah rerimbunan daun rumbia. "Kalau kebanyakan air, pembentukan isi terganggu," katanya, sambil membanting pandangan ke jalanan berlumpur di depannya. Selama curah hujan tinggi sepanjang tahun, ia akan selalu kehilangan dua atau tiga dari delapan karung tawaro (sagu)  yang dihasilkan setiap pohon rumbia. Memulai usaha pengolahan tawaro   sejak 1972 di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan,  Basir mengingat di bel