Aura Pena Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Berburu Korupsi di Rana Butur

Emilwan Ridwan SH, Kepala Seksi Intelijen Kejari Raha Proses penyidikan kasus dugaan korupsi dana hibah Pemerintah Kabupaten Buton Utara (Butur) telah sampai pada tahap penyitaan aset. Sejumlah surat dan dokumen yang dibutuhkan adanya di Ereke. Berbekal Ford Ranger dan pengawalan polisi, duo jaksa, Juli Isnur dan Emilwan Ridwan, selama tiga hari mengobrak-abrik sarang Kasim SH, Pj Bupati Butur. Selasa (27/10) pagi, yang mendebarkan, tim penyidik Kejari Raha menguatkan keberanian berangkat ke Butur. Bukan cuma siap menghadapi resiko perlawanan tapi juga siap menjajal medan Butur yang terkenal garang, apalagi di musim penghujan seperti ini. Hari masih pagi, jarum jam menunjuk angka 8. Kabut di udara telah sirna tapi kabut was-was menyelimuti rombongan berjumlah 9 orang. Kasintel Emil dan Kasipidus Juli ayang akrab disapa Boy, dibantu asistennya masing-masing, Sawal dan Darman. Ditambah pengawalan bersenjata lengkap yang diberikan Polres Muna sebanyak empat orang, Brigadir Arwan, Briptu S

Desa Tiga, Suku yang Tidak Kenal Wakil Rakyatnya

Kali pertama berjumpa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Satu Atap (Satap) kupikir hanya sebuah nama. Benak mileniumku yang dicekoki modernitas dan kecanggihan abad ini tak sedikit pun curiga jika nama itu adalah gambaran diri sekolah di Desa Tiga, pulau kecil di Selat Tiworo, Kecamatan Tikep. Sebuah kejujuran yang memiriskan hati. Dinamai SMP Satu Atap karena ia satu atap dengan SDN 2. Gedungnya satu, gurunya sama, kepala sekolahnya pun satu. Kepala sekolah SD merangkap Kepsek SMP. Gurunya berjumlah 8 orang, mereka mengajar murid SD juga anak SMP. “Ada guru mengajar sampai tiga bidang studi. Setengah mati kita minta guru, dari dulu kita minta sama bupati, tapi tidak turun-turun juga,” kata Rappe L, Kepala Dusun Mandike, Desa Tiga. Kalau tamat SD, hanya seragam yang berubah. Sekolah tetap di situ, dengan guru yang sama, kepala sekolah yang sama. Melihatnya sedih tapi mengingatnya jadi geli. Bahkan suasana hati turut menjadi satu atap ketika sedih dan geli berbaur jadi satu ekspre

Susah Sahur, Lari Saja di Bundaran Tugu Jati

Susah sahur? Lari saja di bundaran Tugu Jati. Ada 6 tenda kaki lima berjejer di satu sudut taman, menjaja mi siram plus, siap menyelamatkan puasa anda esok hari. Praktis, cepat saji, murah pula. Ajakan ini tentu saja khusus ditujukan buat tukang begadang, orang kemalaman dalam perjalanan, atau anak kos-kosan yang still single .  Bagi begadang maniak, pasti kenal sudut ini. Sudut yang selama ini dikenal dengan nama kafe kayu-kayu. Tempat esek-esek orang kecil yang tidak mampu beli bir, tidak sanggup pakai “barang impor". Yang saban hari akrab disantroni razia Kameko (miras tradisional, red) oleh polisi atau pamong praja, lebih-lebih pada bulan Ramadan. “Banyak orang suka sahur di sini,” kata salah seorang pedagang kaki lima, Wa Ode Ari (44).  Beragam alasan yang pernah didengarnya antara lain,”Daripada pulang di rumah, makan sahur dingin, lebih baik sahur di sini”. Mi siram yang sedang panas, dengan lapa-lapa dan telur ayam kampung serta lombok biji secukupnya, sudah bisa membuat s

Merenda Kehidupan yang Hilang di Pulau Renda

Laut seakan kembali menyapih kehidupan nelayan Pulau Renda. Ikan dan kepiting mulai akrab dan berdatangan, setelah bom-bom ikan yang merenggut sanak keluarganya, memaksa mereka eskodus berpuluh-puluh tahun lamanya. Itulah tahun 2006 yang membangkitkan, persis ketika hutan bakau kembali menghijau dan terumbu-terumbu karang bertunas dengan leluasa. Matahari memancar ceria, dibelai angin sejuk dari nafas-nafas mangrove yang sedang bergairah. Pantai biru membiaskan hijau, warna rumput laut yang menari gemulai dicandai ombak. Apa pun yang membuat semuanya berubah, yang oleh masyarakat setempat disebut program Marine Coastal Resources Management Project (MCRMP), maka Pulau Renda, sebuah pulau kecil nelayan yang diapit kegarangan Selat Speelman dan Selat Tiworo, sekarang menjadi sebuah tempat yang ramah bagi suku Bajo Bungin Sikalangkah. Pulau Renda terletak di utara kota Raha Kabupaten Muna. Satu dari 14 desa di Kecamatan Napabalano. Letaknya sedikit keluar, berupa pulau kecil di utara Tampo

Raja Festival Layangan Internasional Itu Bernama Kaghati Kolope

Kalaupun umbinya sebagai makanan tradisional tidak begitu terkenal, namun daun Kolope melanglang dunia membawa harum Kabupaten Muna berkibar di angkasa Internasional.  Layang-layang daun Kolope oleh penduduk Muna dinamakan Kaghati Kolope berulang kali menjuarai Festival Layang-Layang Internasional. Dan lantaran daun Kolope itu juga, berbagai negara di dunia sudi datang ke Pulau Muna untuk mengikuti festival layang-layang.  Layang-layang daun Kolope oleh warga lokal disebut Kaghati Kolope Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dinamakan Kolope di Muna disebut Gadung. Tumbuhan melilit, berumbi, dari suku Uwi-Uwian.  Kolope menghasilkan umbi yang beracun, tapi dapat dimakan apabila diolah dengan benar. Bila tidak diolah lebih dahulu atau diolah kurang benar, Kolope dapat menyebabkan pusing dan muntah, gejala keracunan. Di Muna, Kolope dimakan dengan cara dikukus. Di daerah lain direbus, ada pula yang menjadikannya keripik. Di Malaysia malah diolah jadi arak dengan nama Ubi Arak, melalui

Layang-layang Ikut Andil dalam Penemuan Ilmiah

Layang-layang ternyata tidak sekedar sebuah permainan rakyat. Siapa yang percaya kalau sejarah panjang layang-layang ikut andil dalam berbagai penemuan ilmiah dan perkembangan ilmu pengetahuan atau bahkan menjadi mesin perang? Dengan layang-layang, pada tahun 1752, negarawan dan ilmuwan Amerika, Benjamin Franklin, berhasil membuktikan teorinya bawa petir itu bermuatan listrik. Sejak tahun 1749 layang-layang bahkan sudah dipakai dalam penelitian ilmiah. Waktu itu Alexander Wilson (1714-1786) dan Thomas Melvil (1726-1753) dari Skotlandia memasang termometer pada layang-layang untuk mengukur permukaan bumi. Layang-layang juga berperan penting dalam pengembangan pesawat, karena Orville dan Wilbur Wright menggunakan jenis ini untuk menguji teori mereka tentang pemelintiran sayap, sebelum akhirnya berhasil menemukan pesawat terbang pertama tahun 1903. Dan, Alexander Graham Bell, penemu telepon pernah merancang layang-layang untuk dikembangkan jadi pesawat penumpang. Manfaat praktis layang-la